Ayatollah Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Iran di Tengah Pusaran Krisis

Masrudin
17 Jun 2025 05:34
Nasional 0 82
2 menit membaca

Sidraptimur.com, 17 Juni 2025 — Ayatollah Ali Hosseini Khamenei, pemimpin tertinggi Iran selama lebih dari 35 tahun, kini menghadapi tantangan paling berat dalam masa kepemimpinannya. Di usia 84 tahun, ia memimpin sebuah negara yang sedang bergulat dengan krisis ekonomi, gelombang protes dalam negeri, serta ketegangan internasional yang meningkat tajam, terutama dengan Israel.

Dari Santri hingga Menjadi Pemimpin Tertinggi

Lahir dari keluarga ulama sederhana di Mashhad, Khamenei menempuh pendidikan agama di seminari Qom — pusat intelektual Syiah di Iran. Di sanalah pemikirannya dibentuk, terutama oleh ajaran Ayatollah Ruhollah Khomeini, sosok revolusioner yang menentang dominasi Barat.

Khamenei terlibat aktif dalam Revolusi Islam 1978 yang menggulingkan Shah Mohammad Reza Pahlavi. Kiprah politiknya menanjak cepat: ia menjabat sebagai Presiden Iran pada 1981, dan setelah wafatnya Khomeini pada 1989, Khamenei ditunjuk sebagai Pemimpin Tertinggi — jabatan tertinggi dalam struktur politik dan keagamaan Iran.

Membangun Kekuasaan, Menjaga Ideologi

Sebagai pemimpin tertinggi, Khamenei membangun jaringan kekuasaan yang mencakup seluruh cabang pemerintahan: militer, legislatif, yudikatif, hingga media. Garda Revolusi Islam (IRGC) menjadi ujung tombak kekuasaannya. Ia dikenal lihai dalam membentuk aliansi politik, menyingkirkan oposisi, dan menjaga keseimbangan antara ideologi Islam revolusioner dan kebijakan pragmatis.

Di panggung internasional, Khamenei memperkuat dukungan terhadap kelompok-kelompok proksi seperti Hizbullah di Lebanon dan milisi Syiah di Irak. Ia juga mendorong program nuklir Iran meski menuai kecaman dan sanksi dari negara-negara Barat.

Dihimpit Tekanan Internal dan Eksternal

Meski kukuh di puncak kekuasaan, Khamenei tak lepas dari guncangan. Berbagai unjuk rasa mengguncang Iran — mulai dari demonstrasi mahasiswa, hingga gelombang protes nasional buntut kematian Mahsa Amini. Ketidakpuasan publik terhadap kondisi sosial dan ekonomi kian nyata.

Di level global, Iran menghadapi tekanan berat. Sanksi internasional yang berkelanjutan telah melumpuhkan perekonomian. Hubungan dengan Israel semakin memanas, terutama setelah terbunuhnya Hassan Nasrallah — sekutu utama Iran di kawasan — dan serangkaian serangan udara Israel ke wilayah Iran yang meningkatkan ketegangan regional.

Masa Depan Iran: Menanti Suksesi di Tengah Ketidakpastian

Seiring memburuknya kondisi kesehatan Khamenei, spekulasi mengenai suksesi mulai mengemuka. Nama putranya, Mojtaba Khamenei, mencuat sebagai calon penerus. Namun, masa depan Iran masih penuh tanda tanya: akankah kepemimpinan Khamenei mampu membawa stabilitas di tengah badai, atau justru membuka jalan bagi babak baru yang lebih bergolak?

Iran kini berada di persimpangan sejarah. Arah masa depannya akan sangat ditentukan oleh keputusan sang pemimpin tertinggi di tengah situasi yang kian kompleks dan tak terduga.


Dikutip dari www.CNBCIndonesia.com

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x